Lovers Of Islam--Dalam
"Great British Islam", berupa tayangan dokumenter ini, bercerita
mengenai seorang tokoh kenamaan Inggris yang mencoba memahami Islam pada
pertengahan abad ke-19.
Bertempat di sebuah bangunan yang kini sudah tampak kusam, William Henry Quilliam, menemukan kedamaian di dalamnya.
Bangunan bercat putih kusam dengan bagian pintu depan yang terlihat reyot dan pintu belakang penuh dengan coretan grafiti, serta sarang burung dara dan jamur yang melekat pada hampir seluruh permukaan dinding yang menyimpan cerita panjang mengenai Islam di Negeri Ratu Elizabeth II ini.
Bangunan yang menjadi saksi bisu sejarah
perkembangan Islam di Inggris pada abad ke-19 dan 20 Masehi ini, adalah milik William Henry Quilliam yang menjadi fokus menarik mengenai keberadaan Islam pertama kalinya di Inggris Raya.
Hakimul Ikhwan, dosen Sosiologi Fisipol UGM Yogyakarta, mengatakan, Islam dalam konstruksi masyarakat Inggris saat itu identik dengan kebodohan dan kepicikan ("narrow minded"), sehingga Quilliam mendakwahkan Islam melalui bahasa ilmu pengetahuan.
Merujuk sejarah tersebut, kesadaran yang perlu dibangun adalah kontekstualisasi Islam mengatasi berbagai persoalan kekinian, bukan justru menjadi bagian masalah kekinian, kata dia.
"Jika tidak, maka ancaman kebangkrutan niscaya terjadi, mengingat perkembangan Islam di Inggris tidak terjadi dalam relasi penaklukkan atau peperangan sehingga wajah Islam Inggris cenderung lebih lentur, fleksibel, dan egaliter," ujar dia lagi.
Menurut dia, sebagaimana terjadi di Indonesia, Islam berkembang di Inggris melalui proses kultural yang dibangun melalui jaringan sosial dalam komunitas di tingkat lokal.
Karenanya, Islam hadir dalam beragam wajah dan ekspresi di tengah keragaman sosial masyarakat Inggris Raya.
Gelombang besar migrasi ke penjuru wilayah Inggris Raya dalam beberapa dekade terakhir, terutama awal abad 21, sekaligus menambah besar keragaman wajah Islam di Inggris Raya, ujar Hakimul yang meraih gelar Master dari University of Nottingham itu pula.
Bertempat di sebuah bangunan yang kini sudah tampak kusam, William Henry Quilliam, menemukan kedamaian di dalamnya.
Bangunan bercat putih kusam dengan bagian pintu depan yang terlihat reyot dan pintu belakang penuh dengan coretan grafiti, serta sarang burung dara dan jamur yang melekat pada hampir seluruh permukaan dinding yang menyimpan cerita panjang mengenai Islam di Negeri Ratu Elizabeth II ini.
Bangunan yang menjadi saksi bisu sejarah
perkembangan Islam di Inggris pada abad ke-19 dan 20 Masehi ini, adalah milik William Henry Quilliam yang menjadi fokus menarik mengenai keberadaan Islam pertama kalinya di Inggris Raya.
Hakimul Ikhwan, dosen Sosiologi Fisipol UGM Yogyakarta, mengatakan, Islam dalam konstruksi masyarakat Inggris saat itu identik dengan kebodohan dan kepicikan ("narrow minded"), sehingga Quilliam mendakwahkan Islam melalui bahasa ilmu pengetahuan.
Merujuk sejarah tersebut, kesadaran yang perlu dibangun adalah kontekstualisasi Islam mengatasi berbagai persoalan kekinian, bukan justru menjadi bagian masalah kekinian, kata dia.
"Jika tidak, maka ancaman kebangkrutan niscaya terjadi, mengingat perkembangan Islam di Inggris tidak terjadi dalam relasi penaklukkan atau peperangan sehingga wajah Islam Inggris cenderung lebih lentur, fleksibel, dan egaliter," ujar dia lagi.
Menurut dia, sebagaimana terjadi di Indonesia, Islam berkembang di Inggris melalui proses kultural yang dibangun melalui jaringan sosial dalam komunitas di tingkat lokal.
Karenanya, Islam hadir dalam beragam wajah dan ekspresi di tengah keragaman sosial masyarakat Inggris Raya.
Gelombang besar migrasi ke penjuru wilayah Inggris Raya dalam beberapa dekade terakhir, terutama awal abad 21, sekaligus menambah besar keragaman wajah Islam di Inggris Raya, ujar Hakimul yang meraih gelar Master dari University of Nottingham itu pula.
Redaktur: Ryan Agustian dan Endah Hapsari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar